Gak bisa.

“Tolong gue ya, Fie? Gue janji lo gak bakal ke seret juga. Lo bakalan aman, Fie.” ucap Qiya di telepon.

Saat ini Qiya sedang berusaha membujuk Alfie untuk bekerja sama dengannya untuk menjerumuskan Reza ke penjara. Namun suatu hal yang sulit untuk Alfie, tentu saja.

Tangan kanan Qiya sambil menyuapi Regan yang masih terduduk lemah di ranjang rumah sakit itu, dokter mengatakan bahwa Regan masih butuh banyak dukungan.

“Maafin aku ya, Qiya. Aku gak bisa.” Hanya itu yang daritadi Alfie ucapkan, dengan nada ciri khas dari Alfie.

“Please banget, Fie. Lo mau apa? Gue usahain ada buat lo, tapi tolongin gue buat bawa Reza ke gue.”

Hembusan napas lelah Alfie keluarkan, “Aku udah bilang berkali-kali kan? Aku gak bisa. Maaf.”

Qiya menyuap makanan Regan dengan kasar dan bangun dari duduknya, Regan sedikit terkejut karena benturan antara sendok dan giginya.

“Ayo lah Fie! Sadar, Reza itu toxic banget. Gak pantes buat lo yang terlalu baik.” Maki Qiya.

Di sebrang sana Alfie menatap handphone nya dan kembali berucap, “Dari tadi aku udah sabar banget ya, Qiya. Tapi kayanya kamu kelewat batas. Aku tau kok hubungan kami salah, tapi emangnya salah kalo kami bahagia? Dan urusan Reza, jelas aku gak bisa bantu. Kamu denger gak sih?”

Dan Alfie menutup telponnya sambil menahan tangis. Sementara Qiya menahan teriakkan nya dalam kamar rumah sakit itu.

“Lo ngapain sih?” Tanya Regan.

“Open BO.”

“Mana ada yang mau modelan kaya lo.”

“Anjing.”

That's my boy. Aku takut. Lo aman selagi sama gue.