Jangan Pulang
Kekerasan yang Onyx dan teman-teman nya lebih parah dari pada kemarin. Kali ini satu gedung sekolah benar-benar menatapnya, ada yang menatapnya puas, ada yang menatap kasihan dan lainnya.
Namun tidak satupun dari mereka bergerak maju untuk membantu Qiya disana.
Dengan baju yang sudah kuyup tak tersisa, dan rambut yang dipenuhi telur busuk, Qiya masih berusaha bangun dan membuka matanya agar tidak pingsan.
“Eh? Masih bisa bangun, ya?” Ucap Onyx meremehkan. Kemudian ia kembali mengguyur Qiya dengan Air es yang sudah mereka sediakan.
Dan kembali terdengar suara tawaan puas juga celaan yang menusuk telinga juga hati kecilnya itu. Rasanya sangat memalukan.
Onyx menarik tangan Qiya dan menyeret tubuhnya entah kemana, pandangan Qiya sudah tidak jelas karena air yang penuh dipelupuk matanya.
Jaraknya terasa begitu jauh untuk Qiya, bajunya sudah kotor karena terus menyeret tanah. Bahkan dadanya benar-benar terasa nyeri luar biasa sekarang.
Onyx membuka pintu didepannya dan melempar Qiya kedalam. Lagi dan lagi, kepala kepala Qiya membentur material keras disana.
“Pelacur kaya lo.., Pantes nya ditempat kaya gini.” Ucapnya sebelum membanting pintu dan meninggalkan ruangan.
Yang bisa Qiya lakukan hanya menangis dan berharap akan ada pangeran berkuda putih datang menyelamatkan dirinya.
Untung saja ponselnya selalu ada didalam kantong rok nya. Memudahkannya untuk menghubungi ayahnya saat itu juga.