Karma.

Hanya butuh 3 hari untuk Theo menangkap kriminal yang satu ini, kecepatannya melebihi mafia yang di film-film. Ketangkasannya juga melebihi polisi setempat.

Suatu hal mudah bagi Theo karena memang sering membenahi masalah semacam ini. Dan kenalannya untuk pakar masalah ini banyak yang ia kenal betul, Joshua.

Dulu, Yudha, Theo, dan Joshua adalah teman dekat. Seperti Hasbi, Regan dan teman lainnya. Mereka dulu satu geng motor. Namun bertobat semenjak sarjana dan memilih jalan hidup masing-masing, dan hampir semuanya sudah menikah kecuali Joshua yang fokus di bidang karir nya.

Tanpa diminta dan diharapkan, mereka benar-benar tidak putus komunikasi meskipun Joshua yang tinggal di London


Suara pantofel yang bersautan mewarnai suasana tegang gedung milik keluarga Gazham itu. Semua mata tertuju pada para pria yang masuk dengan aura menegangkan juga angkuh.

Satu pria menunduk dibelakang dengan tangan yang diborgol menyatu. Orang-orang disana merasa asing dengan wajah itu, namun satu yang ada dipikiran mereka yaitu, tampan.

Satu ruangan lift penuh dengan badan besar mereka. Suasana canggung semakin menyekik pria borgol ini.

“Gue gak jamin lo bakal pulang.” Sontak pria bernama Reza itu menatap sumber suara yaitu Theo.

Kekehan renyah keluar dari mulut pria jangkung disampingnya, “Kita tau betul Yudha, sih. Paling sensi kalau ada yang nyentuh keluarganya apalagi bininya.”

Theo menoleh sekilas dan menaikkan alisnya setuju.

Pintu lift pun terbuka dan mereka kembali berjalan menuju ruangan yang ditujukan awalnya. Tidak terlalu jauh sebenarnya, tapi setiap langkahnya terasa begitu lama untuk Reza.

CEKLEK!

Ini dia.

Ini dia ajalnya.

Sang pemilik ruangan itu mengangkat padangan nya yang tadinya untuk laptop kini untuk ketiga pria tinggi yang masuk kedalam ruangannya tanpa izin.

“*Look what I got.**”

“Joshua!” Seru Yudha senang, lalu menghampiri sang pemilik nama dan menyambutnya gembira. Ia masih mengabaikan laki-laki dibelakangnya itu.

Tentu saja Joshua menerima sambutan hangat itu dengan pelukan gentle khas lelaki yang melepas rindu pada kawan lama.

Hello, Asshole.” Baru Yudha sapa dengan nada datar dan tatapan ramah yang menyeramkan. Senyuman miring mengerikannya juga tak hilang.

Theo menepuk rusuk Yudha dan berkata, “Control your self.

How, I can control my self to someone who make my wife getting depressed?” Tekannya perlahan menghampiri bajingan itu. Wajahnya memerah menahan emosi

Dimana Reza yang selalu membentak orang? Yang sering menyakiti orang? Disaat begini Reza yang itu menghilang begitu saja. Digantikan dengan Reza yang ketakutan dan merasa ciut seketika.

BUGH!

Satu tinjuan tak berhasil Yudha tahan, emosinya semakin meluap setiap melihat wajah manipulatif nya. Kebohongan yang tertera diwajahnya, juga mulut sampah yang mengeluarkan kata-kata tak sepantasnya.

Theo berusaha menahan Yudha namun Yudha tepis. Telunjuk kanan nya ia angkat untuk menunjuk pucuk hidung nya.

Dengan rahang yang digertakan, Yudha berucap “Lo, lebih baik membusuk diliang lahat lo!”

Setelah itu ia kembali memukul kencang pipi Reza, kini ujung bibir Reza mengeluarkan sedikit darah dan tulang pipi nya mulai membiru.

Ia memberi jeda beberapa saat untuk dirinya mengatur napas.

I hate this fucking face, should I break his face?” Tanya Yudha tanpa mengalihkan wajah tajamnya, tetapi tujuan lawan bicaranya adalah Theo dan Joshua.

Hold on, Nanti anak lo gak dapet bagian.” Sahut Joshua tenang.

Tatapan tajam itu mengendur, digantikan dengan senyuman yang semakin mengerikan. Wajah yang tadinya berjarak hanya beberapa senti kini ia jauhkan.

Ia lipat tangan kekar itu didepan dadanya, “My kids wouldn't touch you. Dirty.

CEKLEK!

Datang lah segerombolan pria datang, dengan satu perempuan dibelakang yang menyusul. Itu anak Yudha.

Mereka masuk kedalam ruangan dalam keadaan bingung, masih mencerna semua yang terjadi dan apa yang mereka lihat tanpa bertanya.

“Reza?” Tanya Qiya secara spontan, orang yang ia cari selama 3 hari ini ternyata ada disini. Bersama ayahnya.

Hello, sweetie. Come here!” Sapa Joshua ramah pada Qiya. Ia merentangkan satu tangannya untuk menyambut kedatangan perempuan satu-satunya diruangan ini.

“E-eh? Iya halo om.” Jawab Qiya dengan canggung, karena tak terlalu dekat dengan Joshua. Berbeda dengan dirinya pada Theo.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Yudha lepas kendali. Bahkan Reza sampai tersungkur di lantai hampir tak sadarkan diri. Untung saja Regan tahan kalau tidak mungkin pria itu akan meninggal ditempat.

“Ayah udah, yah. Udaah..” Ucap Regan sambil menepuk-nepuk pundak sang ayah tercinta.

“Sekarang lo minta maaf, ke semua orang yang udah lo sakitin! Anak gue, juga korban-korban lainnya!”

Yudha tak pernah selepas ini didepan anak-anaknya. Anaknya selalu jadi rem dirinya untuk menahan diri agar tak lepas kendali

Reza dengan pandangan setengah jelas, berkata “Maaf.”

Plak!”

*MINTA MAAF YANG BENER!”

Diluar dugaan, Reza merangkak meraih kaki Regan dan memeluk kaki itu. Sambil menangis ia berkata,

“Gue minta maaf, kak. Salam buat semua.”

Setelah itu ia tak sadarkan diri.

This is happy ending, right?