Kencan pertama.
“Ini diitungnya kencan pertama atau kedua?” Tanya Debora sambil menoleh ke Regan yang sedang mengendarai mobilnya. Pandangannya lurus kedepan tanpa ada niatan untuk mengalihkan. Mendengarkan omongan tak penting dari Debora tentunya.
“Jawab dong.” Entah pertanyaan keberapa yang tak mendapat respon dari suaminya.
Ini untuk pertama kalinya mereka berada didalam satu mobil yang sama, dan hanya berdua.
“Mau kemana?”
“Makan bakmie yang enak itu aja yuk? Itu kan tempat pertama kali kita ketemu, termasuk dating gak sih? Kan kita cuma berdua doang?”
“Ada ayah.”
Lagi dan lagi gadis itu menarik napas panjang sambil berpikir, “Iya sih, tapi bisa aja diitung kesan pertama dan kencan pertama.” Ucapnya heboh. Tangga nada yang selalu diatas kadang membuatnya sesak tapi tak terlalu memperdulikannya.
“Ih jadinya aku dibolehin gak sih jalan sama temen aku? Dia orang baik kok, kalo gak baik gak aku temenin.”
“Temen lo aja gak bener semua.”
“Nama dia Abimana, tapi aku panggil nya Aa Abi karena dia orang sunda dan nama panggilan nya Abi jadi Aa Abi. Dulu dia tetangga aku dikomplek yang dulu pas SD, aku pindah rumah dia juga pindah kebetulan dan kita hilang kabar deh.”
Kemudian hening.
“Lo gak salah cerita tentang cowok lain depan cowok lo?”
Debora menatap Regan dengan tatapan horor, “Cowok ku? Siapa?”
“Udah sampe. Turun.”
Dengan kaki yang berirama kompak juga kedua tangan yang dipautkan secara paksa. Mereka mulai berjalan memasuki mall yang ditujukan pada awalnya. Resto bakmie tempat mereka pertama kali bertemu dan saling bertukar kesan pertama.
Kini mereka datang kembali dengan status yang berbeda dan cara pandang yang tak lagi sama. Secara perlahan lelaki itu mulai membuka dirinya untuk wanitanya masuk.
“Ayo gandengan biar makin kaya orang pacaran dong.”
Kata-kata yang Debora lontarkan saat baru keluar dari mobil dan menunggu Regan untuk memarkir mobil diparkiran.
Secara ketus Regan menjawab, “Gausah alay.” Jawaban yang tak membuat Debora ciut apalagi goyah. Ia tetap menyambar tangan suaminya dan menautkan dengan tangan nya.
“Aku pesen yang ini aja deh, Mas.”
“Kamu pesen apa?” Lanjutnya
“Samain aja.”
“Oke, jadi dua ya! Minumnya jus alpukat.”
“Kamu minum apa?”
“Samain aja.”
“Jus alpukatnya dua juga. Makasih, ya!” Ucap Debora tak lupa.
Pelayan itupun pergi dan mulai memproses pesanan Debora dan Regan. Mata Debora masih terpaku pada pelayan yang berjalan kesana kemari.
“Jangan murah senyum ke cowok yang gak lo kenal.”
Lawan bicaranya melebarkan senyumnya hingga barisan giginya nampak begitu jelas. Regan yang sudah kesal menjadi semakin kesal.
“I know you so well, Baby.”
“Can U stop call me baby?”
“What should I call U? Daddy?”
Bulu kuduknya terangkat tiba-tiba. Secara spontan, punggungnya terangkat panik.
“Shut up.”
“Aku merinding.”