Perasaan.

Biasanya, dibeberapa malam. Tanpa alasan dan sebab, Qiya akan datang ke kamar Regan hanya untuk sekedar memainkan ponselnya. Hanya tiduran ditempat tidur, sebelah Regan.

Regan yang sibuk scroll twitter nya biar gak ketinggalan berita teh panas, Qiya yang sibuk sendiri ntah apa yang ia lakukan.

“Bang.”

“Hm?”

“Gapapa, manggil aja.”

Regan sedikit beranjak dari rebahannya, bersandar dipapan tempat tidur tersebut. Badannya masih terasa sakit di seluruh bagian.

“Anak yang kemarin nganter lo pulang, temen sekolah lo?”

Qiya menatap sekilas abangnya lalu kembali menatap ponsel nya, “Lo tau juga bukan urusan lo.”

“Serius dek, siapa?”

Sebelum menjawab, Qiya berdecak, “Iya, kenapa sih emangnya? Mau aduin ke Ayah?”

No.. Mukanya kaya ngga asing dimata gue, kaya.. pernah ketemu sebelumnya. Tapi gue lupa dimana.”

“Dia yang jenguk lo itu loh, Bang. Masa lo lupa? Parah banget.”

“Ngga, gue masih efek koma pas itu. Gue gak tau apa-apa.”

“Tapi cowok itu... Kaya pernah ketemu. Yang gue inget nih ya, dia selalu identik sama jaket kulit warna item dan motor.” Lanjutnya.

Qiya beranjak duduk.

“Motor?” Tanyanya keheranan

“Iya, gak tau emang gue yang error atau gimana. Pas gue liat dia, langsung inget dia dengan jaket kulit nya sama motor. Aneh gak sih?”

Baik Regan maupun Qiya sama-sama kebingungan karena pernyataan Regan barusan.

“Setau gue, Januar itu anaknya baik-baik sih. Ketua kepanitiaan gitu, anaknya rajin sama telaten. Gak mungkin kan balapan kaya lo?”

“Kok lo malah jelek-jelekin gue gitu?”

“Lah? Emang gue salah?”

“Terserah lo deh.”

Keduanya sama-sama diam kembali, Regan kali ini mulai sibuk membalas pesan-pesan yang masuk ke DM Instagram atau ke Twitter nya.

Semenjak perform kemarin, pengikut mereka melejit. Bahkan nama band mereka juga semakin terkenal, juga tak sedikit tawaran untuk mereka mengisi beberapa acara. Namun mereka tunda sampai Regan pulih sempurna.

Johan, Dilan, dan Hasbi lah yang mengambil keputusan tersebut. Memang saat tidak ada Regan, mereka terasa berantakan karena biasanya ada Regan yang melerai. Mungkin karena Regan paling tua, jadi lebih dewasa.

Selagi menunggu Regan sembuh, yang lainnya menunggu dengan latihan lebih banyak lagi. Banyak yang harus diperbaiki dari pertujukkan sebelumnya, dan akan menampilkan yang terbaik kedepannya.

Tapi apalah arti Dream Band tanpa seorang Regan.


“Bang, kalo gue sama orang itu salah gak sih?”

“Baru suka kan? Ngga.”

“Tapi kan gue juga mau pacaran, Bang.”

“Pacaran sama siapa sih? Kaya ada aja yang mau sama lo.”

“Dih. Jahat lo!”

Regan terkekeh tertahan, “Emangnya lo suka sama siapa sih?”

“Jadi gue tuh deket sama satu orang gitu, dia baik banget sama gue. Emang dari beberapa bulan lalu kita deket. Dan kelakuan dia itu bikin gue ngerasa spesial gitu, Bang.”

Regan tampak berpikir sebentar, “Dia punya cewek?”

“Kayanya sih ngga ya, soalnya dia hampir setiap saat chat-an sama gue. Jadi mungkin dia gak sempet deket sama cewek lain.”

“Coba dalam waktu dekat ini lo pelan-pelan tanya dia punya pacar apa ngga, bahaya anjir kalau dia punya pacar tapi lo nya udah baper.”

“Lah kalo ternyata dia punya gimana?”

“Lo pikir aja?!” Sentak Regan.

“Untuk ketiga kalinya tau bang, gue akhirnya berani suka sama orang. Kaya sayang aja, udah susah-susah buka hati eh malah di sia-sia in.” Curhat Qiya.

Regan meraih pundak Qiya, dan mengatakan, “Perasaan orang lain, itu bukan tanggung jawab siapapun.”

“Mau lo suka atau cinta mati sama satu orang, dan ternyata itu orang gak suka sama lo. Ya, lo gak bisa apa-apa dan dia juga gak salah.”

“Terus? Salah gue kah?”

“Kalo itu, cuma lo yang tau jawabannya. Coba tanya sama diri lo sendiri, “Kenapa gue suka sama dia? Apa yang bikin gue sayang sama dia? Apakah dia seperti itu cuma ke gue?” Banyak pertanyaan buat diri lo sendiri.”

Qiya terdiam.

Kata-kata yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Sungguh menggerakan hatinya, karena semuanya begitu valid.

“Begitupun perasaan orang lain ke lo. Kalo orang itu suka sama lo dan lo tolak, itu bukan salah lo.”

“Lo ganteng dah kalo serius gini.”

“Gue mah ganteng terus.”

“Najis.”

I just don't wanna lose you.