Saksi

Hari pada kalender telah menunjukkan hari Jum'at. Hari dimana kelas 11 TITL 2 akan melaksanakan praktek di bengkel.

Dengan suasana hati yang berantakan, Naomi mengambil beberapa perkakas yang dibutuhkan lalu berdiri didepan panel yang sudah ditetapkan sesuai dengan absennya. Mulai ia tata dengan rapi beberapa jenis tang, obeng, kontaktor dan lainnya. Sudah banyak cara yang Naomi lakukan agar memperbaiki suasana hatinya yang sejak malam tak karuan, mulai dari mendengarkan musik, memakan es krim, bermain ayunan, namun tetap hasilnya nihil.

“Lo putus ya?” Ucap Najendra tanpa menatap Naomi, dapat ia dengar bahwa tersirat nada meledek disana.

Pertanyaan tersebut sontak membuat lawan bicaranya itu berbalik badan dan menyeritkan alisnya heran. Darimana dia tahu?

Baru saja membuka mulut untuk menjawab, sahutan menyebalkan lebih dulu menyambut keheningan, “Iya, gua ngeliat Si Kakak udah suap-suapan tuh sama cewek lain di kantin.” Naomi hanya mengulum bibirnya kedalam, perasaan malu juga tak menyangka. Baru saja tadi malam putus? Sudah dapat yang baru lagi?

Si Kakak adalah panggilan untuk Kak Davin dari teman sekelas Naomi. Itu adalah sebuah bentuk ledekan karena ia terus-menerus memanggil pacarnya dengan panggilan “Kak”

“Demi apa? Siapa, Wal?” Jawab Najendra seolah-olah terkejut.

Naomi yang berada ditengah mereka hanya menoleh ke kanan dan ke kiri menyesuaikan siapa yang berbicara.

Seraya menata panel yang akan dirakit Nawal menjawab, “Kalo siapanya sih gue kurang kenal ya, Nao. Cuman yang jelas dia udah tuker-tukeran bekel abis itu suap-suapan juga. Tanya aja Naje.”

Najendra berdecak dan menggelengkan kepalanya, mendekat ke arah panel Naomi dan menyandarkan sikunya pada pintu panel.

“Ada apa sih? Hm? Emang diapain sama Si Kakak? Perasaan baru kemarin ngepost abis nge-gym bareng Si Kakak, iya bukan sih, Wal?” Bahkan Naomi tidak diberi satu detikpun untuk mengelak atau menjawab pertanyaan teman-temannya itu sehingga ia hanya bisa mendengarkan betapa puas temannya meledek Naomi.

“Gimana posenya, Je? Gini ya?” Ia mengangkat tangannya untuk berpose seolah menunjukkan otot lengan. Ledekan tersebut kemudian mengundang gelak tawa hampir seluruh teman kelasnya. Malu? Itu hal biasa di kelasnya.

Naomi yang mendengar itu hanya bersikap acuh, kemudian meninggalkan teman-temannya kebelakang untuk mengambil perkakas lain yang belum lengkap. Kakinya melangkah fokus pada tujuan, berbeda dengan pikirannya yang terus berpikir apakah yang dikatakan teman-temannya tadi betul adanya? Namun dengan sigap Naomi menepis jauh-jauh pikiran tersebut lalu kembali fokus pada tujuannya ia datang ke sekolah.

Saat jam di dinding menunjukkan pukul 09.47, hasil pekerjaan Naomi pun sudah selesai dan bisa di nilai. Ia dapat terbilang cukup handal saat mengerjakan hal seperti ini karena beberapa bulan lalu ia sempat mengikuti pelatihan sehingga satu langkah lebih cepat diantara teman lainnya.

Setelah dibongkar, Naomi baru bisa makan dan minum pada sisi bengkel yang sepi. Baru akan menyuap suapan pertama, notifikasi dari ponselnya berbunyi.

Satu kali, ia acuhkan.

Dua kali, masih ia acuhkan.

Sampai akhirnya pesan seterusnya membuat Naomi mau tidak mau membuka ponselnya.

Selanjutnya, tak kuasa Naomi menahan air mata.