Selamat Tidur, Liana.
Begitu banyak pesanan kue yang harus diantarkan, biasanya akan ada Aji yang siap membantu mengantarkan kue-kue itu. Namun hari ini Liana harus mengantarkannya sendiri.
Kondisi badannya tidak terlalu fit dikarenakan beberapa hari ini ia tidur larut malam dan bekerja terlalu keras. Tanpa pikir panjang Liana tetap mengantarkan kue-kue itu kepada pemiliknya.
Kendaraan roda dua ia gunakan, dengan beberapa tumpukan kue di depan dan di belakang. Meskipun sudah berusaha agar tetap fokus, kepalanya yang terasa berat mengharuskan Liana untuk melipir sebentar dan sedikit memijat kepalanya sambil sesekali meringis kesakitan.
Setelah ia rasa reda, akhirnya Liana melanjutkan perjalanan.
Satu kue telah diantarkan.
Lalu tiba-tiba..
BRAK!
Pandangannya gelap. Tidak hanya kepalanya, kini dada dan kakinya terasa sakit luar biasa. Berusaha ia kedipkan matanya beberapa kali supaya mengembalikan pandangannya yang tiba-tiba buram.
Samar-samar ia dengar suara teriakan, kini ia pandang langit biru menuju senja. Liana selalu menyukai senja.
Ia toleh kepalanya kekanan, dapat ia pandang kue yang harusnya ia antarkan—hancur berantakan berada dijalanan.
Liana merasakan kantuk yang luar biasa. Ia pastikan ketika dipejamkan matanya, ia akan merasakan tidur yang paling lelap yang pernah ada. Liana turuti rasa kantuknya itu, dipejamkan matanya.
Kemudian ia terlelap.
Sangat lelap.
Selamat tidur, Liana.