tanam saham?

setelah satu harian penuh mereka beristirahat dan berkeliling rumahnya. akhirnya mereka berkumpul diruang tengah, ruang keluarga.

hanya bersantai sampai berbincang ringan. ditemani beberapa gelas minuman bersoda dan beberapa gelas wine disana, al dan mahen sudah biasa meminum hal yang seperti itu. mereka sudah dewasa untuk tau batasan privasi kembaranya.

“okta, lo kok bau tengik si?” ujar xora tiba-tiba.

okta mencium baju nya dan menatap xora tak terima, “bangsat, kurang ajar lo.” seraya melayangkan satu tangannya

“gue kepikiran untuk usaha kecil-kecilan gitu deh, biar kita gak mati kutu disini.” sahut al.

“mau usaha apaan? telor gulung?” sepertinya tak perlu diberitahu kalian akan tau, tentu saja heksa.

“kenapa gak cireng?” tambah okta.

“rencananya gue mau usaha coffeshop gitu, gimana? kayanya bakal banyak peminat nya soalnya disini kan orang sibuk semua.” ucap al sambil menatap ke-4 bagian nya dengan penuh harap dan antusias penuh.

cukup lama mereka menimbang keputusan al, tapi tak ada salah nya mencoba. walau belum punya pengalaman bermain didunia bisnis, tapi mereka harus melangkah kali ini.

selama ini uang yang mereka dapatkan hasil dari menang taruhan atau balapan liar saja. memang hasilnya besar, besar sekali. ini lah hasil mereka menabung selama ini, Amerika bagian utara yang mereka pijak sekarang.

“pertama kita cari tempat dulu, beli alat-alat nya, beli peralatan yang lainnya, bikin logo atau spanduk nya, terus baru kita cari marketing nya.” tambah al dengan wajah serius nya

“gue setuju sih, tapi kita kurang tenaga kerja nya kayanya. coffeshop gak semata-mata bikin kopi doang kan? pasti akan ada cleaning service nya.” ujar heksa dengan serius.

tenang, heksa tau kapan harus serius dan kapan akan bercanda. ia hanya tidak suka suasana canggung. tapi kali ini, mereka sedang membahas bagaimana mereka hidup kedepannya.

“masalah gitu gampang, kita ada berlima. bisa dipake semuanya.” timpal okta.

“menurut kalian berdua gimana?” tanya al pada mahen dan xora yang sedari tadi hanya diam saja.

mahen menatap xora yang melamun menatap meja, kemudian sedikit mengguncang pundak kembarannya. “kenapa lo?” tanya mahen

“gue lagi halu, kalo misalkan ini pecah telor terus ada satu perusahaan yang narik kita buat dijadiin label. kita bakalan tajir melintir ngalahin ayah.” ungkap xora dengan tatapan kosongnya, kemudian menatap keempat kembaranya.

“ayah masih peduli gak sih sama kita? kecuali okta maksudnya. kita.”

atmosfer ruangan itu berubah menjadi sendu. okta tau betul bagaimana hubungan saudaranya dengan ayah kandung nya. memang terbilang tidak terlalu baik, karena sejak dulu okta yang diistimewakan. dan yang lainnya merasa tidak dipeduliakan.

itulah kenapa terbentuknya mereka yang pembangkang dan protektif terhadap okta. mereka merasa harus balas dendam pada ayahnya sendiri.

“ngomong apa sih, lo?” sanggah mahen, padahal ia sendiri menahan air matanya.

“kalo misalkan itu terjadi, dan memang harus terjadi. gue bakal pulang dan lemparin duit ke mukanya.” dalih heksa dengan wajah serius dan tatapan ambisius miliknya.

“OKE BESTIE! jadi kapan kita mulai?”