Tenang

Sudah tiga panggilan suara dari Debora yang Regan diamkan sebab rasa cemas didadanya terus menggebu-gebu sampai diri nya kesulitan untuk bernapas. Bahkan setelah ia berada diluar pun masih sulit untuk mengatur degup jantungnya.

Ini dia bagian yang paling Regan benci dari hidupnya. Yaitu ketika ia merasa panik yang sebenarnya tidak perlu dicemaskan segitunya, tapi dirinya menolak dan menilai bahwa itu adalah masalah yang sangat besar.

Ia masih sulit mengendalikan dirinya.

Dua pesan lagi masuk dari Debora, berisikan

Mas Tenang dulu, angkat ya?

Entah sudah sehancur apa kuku jarinya ia gigit sekuat tenaga berusaha mengurangi getar ditubuhnya. Setelah ia mengambil napas panjang, baru ia akan mengangkat panggilan suara itu.

“Halo?” Tanya Debora.

“Gak ada, Bie. Udah aku cari dimana-mana dia ngga ada, bahkan di mobil pun udah aku cari ngga ada.” Suaranya bergetar ketakutan

Sudah lebih dari sembilan bulan lamanya, satu atap bersama pria bermarga Gazham ini waktu yang cukup untuk Debora mengenal lebih jauh tentangnya. Jadi ketika Regan mengalami seperti ini sudah tau harus bertindak apa, tak perlu menanyakan ada apa.

“Iya, aku disini. Kamu tenangin diri kamu dulu. Ambil napas banyak-banyak, duduk tenang, jauhin kerumunan… Jangan ada interaksi sama siapapun kecuali aku disini.”

Regan menuruti semua ucapan itu.

“Jangan pikirin apapun, Just take a deep breath, and let it flow.”

“Itu kalo ilang, gue mampus, Bie..”

Debora ikut mengatur napasnya, *“Tenang dulu, kamu tenang. Kalau panik begini gak bakal ketemu dimana itu flashdisk nya.”*

Debora benar-benar menjaga setiap kata dan susunannya, jika ada satu kesalahan saja bisa membuat Regan membanting barang-barang disana.

“Udah? Coba kasih tau aku kapan terakhir kali flashdisk itu ada ditangan kamu? Ditangan.” Tekannya

Hening. Sepertinya Regan terdiam karena berpikir dibalik sana.

“Dari pagi aku udah pegang flashdisk nya. Terus aku taro dimeja sebelum sarapan dibawah. Aku taro dimeja diatas map aku yang lain.” Jawabnya dengan jelas.

“Itu bener-bener gak kamu halangi sesuatu lagi?”

“Ngga.”

“Udah cari dikolong meja?”

“Udah.. Ngga ada.”

“Dikantong baju? Celana? Tas kamu?”

”...”

“Halo? Ada gak?”

“Ternyata aku sangkutin bareng kunci mobil, Bie..”