Tidak beruntung.
tw // broken home
Setelah menerima pesan teks terakhir, perempuan berambut pendek itu melangkahkan kakinya dengan cepat menuju rumah—yang tidak bisa disebut rumah.
Tangisnya pecah diperjalanan, tak peduli berapa pasang mata menatapnya kasihan atau mungkin kebingungan. Pikiran perempuan itu hanya terfokus pada adiknya di rumah. Entah apa yang ia lakukan kali ini, dan entah apa yang akan dilakukan kedua orang tuanya kali ini.
Namanya Liana, terlahir sebagai sulung dari orang tua yang belum siap memiliki seorang anak. Kedua orang tuanya merupakan hasil perjodohan dari nenek dan kakeknya, dengan niatan agar segera memiliki cucu. Ya, seperti pemikiran orang jaman dahulu—menikah untuk memiliki anak.
Belum kakinya menapakkan didalam rumah, suara pecahan piring dan kericuhan lebih dulu menyabut kepulangan Liana. Matanya menangkap adiknya yang sedang meringkuk di tengah ruang tamu, sekilas ia lihat tetesan darah keluar dari pelipis pemuda itu.
“DASAR ANAK SIALAN!” Teriak sang kepala keluarga, kakinya tiada henti melemparkan tendangan yang ia yakin sakitnya bukan main.
“Kerjaan kamu kalo cuma bikin malu mending pergi dari rumah ini!” Sambung dari sang ibu.
Ketika sang ayah menyadari keberadaan Liana disana, alisnya semakin menikuk tinggi dan napasnya semakin terengah-engah.
“PERGI KALIAN!” Kemudian ia mendorong sang adik mendekati Liana.
Segera Liana menunduk untuk mengecek keadaan Aji—adiknya. Benar saja, darah mengalir dari pelipisnya. Badan Liana semakin bergetar, ia panik karena adiknya terluka juga sang ayah yang tiba-tiba mendekat.
Tiada pilihan lain. Liana berlutut saat sang ayah benar-benar berada didepannya. Ia satukan kedua telapaknya dan berkata,
“Iya Ayah, Liana minta maaf. Liana mohon ampun, Ayah..” Lirihnya ketakutan.
Bagaikan tuli, sang ayah tetap melayangkan satu tamparan untuk gadis kecilnya itu.
“KEMASI BARANG-BARANG KALIAN DAN PERGI DARI SINI!”